ADORASI PRIBADI-SINGKAT dan BERKAT dari SAKRAMEN MAHA KUDUS Serta Tawaran Waktu Bermenung" ini bisa diidentikan dengan istilah OMNIA PREPARAT SUNT atau "Semua Sudah Tersedia" bagaikan "makanan spiritual" yang siap saji. Mengapa demikian? Tinggal membuka videonya maka setiap orang bisa langsung membuat Adorasi Pribadi (ambil bagian sebagai 'peserta' atau umat ibadah terssbut.
Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah… praktek sehari- hari yang penting dan menjadi sumber kekudusan yang tidak pernah habis… Adalah menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan Kristus, untuk bersandar pada-Nya seperti yang dilakukan oleh murid yang dikasihi-Nya, dan untuk merasakan kasih yang tak terbatas yang ada di dalam hati-Nya.” (The Church and the Eucharist)
1. “Kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2)
Penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus mempunyai dasar dari Kitab Suci, yaitu bagaimana kita ingin mengikuti teladan para gembala dan para majus yang menghormati Kristus yang telah lahir dan diam di tengah- tengah kita. Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Gereja dan Ekaristi, mengajarkan,
“… pandangan Gereja selalu terus terarah kepada Tuhannya, yang hadir dalam Sakramen di Altar, yang di dalamnya Gereja menemukan pernyataan sempurna akan kasih Tuhan yang tak terbatas.” (The Church and the Eucharist, 1)
2. Apakah itu Adorasi Sakramen Maha Kudus?
Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan. Berpegang pada janji yang diberikan oleh Yesus dalam Perjamuan Terakhir, yang mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”, dan oleh kuasa Roh Kudus, maka dalam doa konsekrasi yang diucapkan para imam, hosti diubah menjadi Tubuh Kristus, dan anggur menjadi Darah Yesus. Dengan demikian hosti yang telah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan itu menjadi Tubuh Kristus, Sang Allah Putra. Dengan demikian, berdoa di hadapan Sakramen Ekaristi tersebut, sama dengan berdoa di hadapan Allah sendiri. Penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus ini dilakukan setiap kita berlutut ataupun memberikan hormat di hadapan tabernakel yang di dalamnya diletakkan sakramen Maha Kudus, menghormat sebelum menerima Ekaristi/ Komuni dalam Misa Kudus, ataupun pada saat Sakramen Maha Kudus ditahtakan.
3. Pentahtaan Sakramen Maha Kudus
Devosi ini diawali dengan pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Imam atau diakon memindahkan hosti yang telah dikonsekrasikan ke dalam mostrans dan mentahtakannya di atas altar. Ketika hosti diletakkan di dalam mostrans, maka dikatakan sebagai pentahtaan Sakramen Maha Kudus.
4. Cara merayakan Adorasi Ekaristi
St. Alfonsus Liguori mengajarkan, “Dari semua devosi, penyembahan kepada Yesus dalam Sakramen Maha Kudus adalah devosi yang terbesar setelah sakramen- sakramen, dan sesuatu yang paling berkenan kepada Allah dan yang paling berguna bagi kita.”
Jam Suci
Latihan devotional yang saleh yang terdiri daripada doa mental dan vokal dengan pewujudan Sakramen Mahakudus. Ia menarik inspirasi dari kata-kata Kristus kepada para Rasul di Gethsemane: "Bolehkah anda tidak menonton satu jam bersama saya?" Ia telah diajarkan oleh Juruselamat kepada St Margaret Mary (1647-90) sebagai salah satu amalan khusus pengabdian Sacred Heart. Pada awal abad kesembilan belas, persaudaraan telah diasaskan di Paray-le-Monial, Perancis, untuk menyebarkan ketaatan, yang sangat disyorkan oleh paus-paus itu. Jika jam itu dibuat secara terbuka, ia ditetapkan oleh seorang imam atau pengarah; jika dibuat secara persendirian, mana-mana jam sesuai tetapi lebih baik pada hari Khamis atau Jumaat. The Passion of Christ adalah tema selama satu jam, dibedakan dengan pelbagai meditasi, doa vokal, dan nyanyian. Banyak masyarakat agama termasuk pengabdian sebagai sebahagian daripada horarium pada zaman mereka.1. “Kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2)
Penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus mempunyai dasar dari Kitab Suci, yaitu bagaimana kita ingin mengikuti teladan para gembala dan para majus yang menghormati Kristus yang telah lahir dan diam di tengah- tengah kita. Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Gereja dan Ekaristi, mengajarkan,
“… pandangan Gereja selalu terus terarah kepada Tuhannya, yang hadir dalam Sakramen di Altar, yang di dalamnya Gereja menemukan pernyataan sempurna akan kasih Tuhan yang tak terbatas.” (The Church and the Eucharist, 1)
Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan. Berpegang pada janji yang diberikan oleh Yesus dalam Perjamuan Terakhir, yang mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”, dan oleh kuasa Roh Kudus, maka dalam doa konsekrasi yang diucapkan para imam, hosti diubah menjadi Tubuh Kristus, dan anggur menjadi Darah Yesus. Dengan demikian hosti yang telah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan itu menjadi Tubuh Kristus, Sang Allah Putra. Dengan demikian, berdoa di hadapan Sakramen Ekaristi tersebut, sama dengan berdoa di hadapan Allah sendiri. Penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus ini dilakukan setiap kita berlutut ataupun memberikan hormat di hadapan tabernakel yang di dalamnya diletakkan sakramen Maha Kudus, menghormat sebelum menerima Ekaristi/ Komuni dalam Misa Kudus, ataupun pada saat Sakramen Maha Kudus ditahtakan.
3. Pentahtaan Sakramen Maha Kudus
Devosi ini diawali dengan pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Imam atau diakon memindahkan hosti yang telah dikonsekrasikan ke dalam mostrans dan mentahtakannya di atas altar. Ketika hosti diletakkan di dalam mostrans, maka dikatakan sebagai pentahtaan Sakramen Maha Kudus.
4. Cara merayakan Adorasi Ekaristi
St. Alfonsus Liguori mengajarkan, “Dari semua devosi, penyembahan kepada Yesus dalam Sakramen Maha Kudus adalah devosi yang terbesar setelah sakramen- sakramen, dan sesuatu yang paling berkenan kepada Allah dan yang paling berguna bagi kita.”
Setiap Rabu ~ Jam Suci di Katedral St. Joseph
& Gereja Mater Dei, Lutong.
Berikut ini adalah cara- cara untuk merayakan adorasi Ekaristi:
a) Pada saat Misa Kudus:
Kita berlutut pada saat imam mengangkat Sakramen Mahakudus tersebut sambil berkata, “inilah Anak Domba Allah….” Sebelum menerima Komuni, tunduklah dan berilah penghormatan kepada Kristus yang hadir dalam rupa roti dan anggur.
b) Pada saat pentahtaan Sakramen Maha Kudus:
Pada paroki tertentu pentahtaan Sakramen Maha Kudus diadakan seminggu sekali, yang seringkali dilanjutkan dengan diperbolehkannya umat untuk datang dan menyembah Kristus dalam Sakramen Maha Kudus.
c) Devosi 40 jam:
Di beberapa paroki juga diadakan 40 jam Adorasi Ekaristi, diadakan setahun sekali.
d) “Perpetual Adoration”/ pentahtaan Sakramen Maha Kudus untuk adorasi tanpa putus selama 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu.
e) Mengunjungi/ singgah di gereja untuk memberikan penghormatan kepada Kristus yang hadir dalam tabernakel.
f) “Benediction”: Setelah pentahtaan dan adorasi, maka Sakramen Maha Kudus digunakan untuk memberkati umat. Umumnya diiringi oleh lagu O Salutaris Hostia, dan Tatum Ergo.
g) Prosesi: perjalanan parade umat dan imam dalam memberi penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus.
5. Sejarah “Perpetual Adoration”
Walaupun hal kehadiran Yesus dalam Sakramen Maha Kudus telah diajarkan sejak jaman para Rasul, namun Adorasi tanpa henti baru dilakukan pada abad ke-6 yang dilakukan di katedral Lugo, Spanyol. Pada abad ke-12, St. Thomas Becket berdoa bagi Raja Henry II di hadapan “Tubuh Kristus yang maha agung” dan pada abad ke- 16 mulai dikenal devosi 40 jam di hadapan Sakramen Maha Kudus. Di abad ke- 19 di Perancis, adorasi tanpa henti dilakukan di dalam komunitas para biarawati kontemplatif. Akhirnya devosi ini tersebar ke seluruh paroki di seluruh dunia.
6. Apa yang dapat dilakukan pada saat kita melakukan Adorasi Sakramen Maha Kudus?
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dilakukan dalam Adorasi Sakramen Maha Kudus:
a) Ucapkanlah doa sebelum Adorasi, seperti yang pernah dituliskan di sini, silakan klik.
b) Berdoa dari kitab Mazmur atau membaca doa Ibadat Harian.
Kita dapat memilih Mazmur yang berisi pujian, ucapan syukur, permohonan ampun ataupun permohonan agar didengarkan Tuhan. Atau kita dapat pula mendoakan Ibadat Harian yang dibacakan oleh Gereja sepanjang tahun.
c) Mengulangi “Doa Yesus”
Mengulangi doa, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku, yang berdosa ini.” Ulangilah terus, sampai hati dan pikiran anda tenang dan masuk dalam doa kontemplasi.
d) Merenungkan Kitab Suci (Lectio Divina)
Pilihlah salah satu perikop dalam Kitab Suci. Bacalah dan renungkanlah ayat- ayat tersebut. Pusatkan perhatian pada salah satu ayat yang menyentuh kita saat itu dan mohonlah agar anda dapat memahami apa yang Tuhan inginkan anda pahami akan ayat itu. Selanjutnya tentang Lectio Divina, klik di sini.
e) Bacalah riwayat hidup para Santa/ santo dan berdoalah bersama dengan mereka.
Banyak dari para orang kudus mempunyai devosi kepada Ekaristi, contohnya St. Teresa dari Lisieux (kanak- kanak Yesus), Karatina dari Siena, Fransiskus Asisi, Thomas Aquinas, dan Ibu Teresa dari Kalkuta. Kita dapat membaca riwayat hidup mereka dan berdoa bersama mereka di hadapan Sakramen Maha Kudus, semoga kitapun didorong untuk bertumbuh di dalam iman dan kekudusan seperti mereka.
f) Curahkan isi hati kepada Kristus dan sembahlah Dia.
Kita dapat pula datang dan mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, menyadari bahwa kita berada di dalam hadirat-Nya. Kita berdoa seperti St. Fransiskus Asisi, “Aku meyembah-Mu, O Kristus, yang hadir di sini dan di semua gereja di seluruh dunia, sebab dengan salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
g) Mohonlah ampun kepada Tuhan dan berdoalah bagi orang- orang lain
Kita dapat pula berdoa bagi mereka yang pernah menyakiti hati kita dan memohon rahmat Tuhan bagi mereka. Mohonlah agar Tuhan mengampuni kita, yang juga telah menyakiti sesama/ kurang memperhatikan mereka. Atau, seperti yang dianjurkan oleh St. Faustina Kowalska, kita dapat berdoa memohon kerahiman ilahi bagi seluruh dunia dan kita dapat mendoakan doa Kerahiman Ilahi tersebut.
h) Berdoalah rosario.
Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk merenungkan tatapan Bunda Maria yang memandang bayi Kristus di pelukannya, saat kita berada dalam persekutuan dengan Kristus. Kita dapat pula berdoa rosario dan memohon agar bersama Bunda Maria kita dapat memandang Kristus di dalam Ekaristi.
i) Duduk sajalah dengan tenang dan alami hadirat Tuhan
Kita dapat pula duduk tenang dalam hadirat Tuhan seperti halnya kita sedang mengunjungi seorang sahabat. Duduk tenang di hadapan-Nya, dan nikmatilah hadirat-Nya. Daripada bercakap- cakap dengan-Nya, kita dapat pula diam, dan berusaha mendengarkan apa yang hendak disampaikan-Nya.
j) Di akhir Adorasi, dapat diucapkan doa penutup, silakan klik.
7. Adorasi tidak sama dengan devosi
Maka Adorasi yang artinya penyembahan tidak sama persis dengan devosi. Adorasi/ penyembahan hanya diberikan kepada Kristus, sedangkan devosi yang merupakan praktek religius, dapat berupa penyembahan kepada Kristus maupun juga penghormatan kepada para orang kudus.Melihat penjabaran di atas, maka meditasi/ merenungkan tentang Kristus, sabda-Nya dan peristiwa hidup-Nya dapat merupakan bagian dari Adorasi. Namun Adorasi sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yang lain, tidak harus meditasi.
Buah- buah yang diperoleh dari Adorasi adalah pertumbuhan rohani bagi mereka yang melaksanakannya, yang diperoleh karena rahmat dari Kristus sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa paroki- paroki yang rajin melakukan doa Adorasi, dan menyediakan “perpetual adoration” (Adorasi tanpa henti) akan diberkati Tuhan; panggilan imamat dari paroki tersebut akan meningkat, dan keluarga- keluarga dalam paroki tersebut dapat lebih bersatu dan bersemangat dalam melakukan tugas- tugas kerasulan.
Jadi, bagi pembaca katolisitas yang tinggal di paroki yang mempunyai kapel Adorasi, alangkah baiknya kita meluangkan waktu untuk setidaknya sekali seminggu melakukan 1 jam Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus. Alamilah kasih Tuhan, dan alamilah juga buah- buah positifnya dalam hidup kita.
Compiled by Ben Chang